201
undefined
A. SYARAT BATAS UNTUK DAWAI ( PEMANTULAN/REFLEKSI PADA BATAS)
Sebagai
sebuah contoh sederhana dari refleksi gelombang dan peranan batas sebuah medium
gelombang, mari kita memandang sekali lagi gelombang transversal pada dawai
yang diregangkan. Apa yang akan terjadi bila pulsa gelombang atau gelombang
sinusoidal tiba diujung dawai itu?
Jika ujung itu diikatkan erat ke
sebuah penopang tegar, maka ujung itu adalah ujung tetap yang tidak dapat
bergerak. Gelombang yang tiba mengerahkan gaya pada penopang;reaksi terhadap
gaya ini, yang dikerahkan oleh penopang pada dawai,”berbalik” pada dawai itu
dan menimbulkan sebuah pulsa atau gelombang yang direfleksikan yang berjalan
dalam arah sebaliknya. Sederet potret yang memperlihatkan refleksi sebuah pulsa
di ujung tetap sebuah pegas berbentuk koil yang panjang. Pulsa yang
derefleksikan itu bergerak dalam arah yang berlawanan dari pulsa yang semula,
atau pulsa yang masuk, dan pergeserannya juga berlawanan. Situasi ini
dilukiskan untuk pulsa gelombang pada dawai.
Kita
dapat membuat suatu gelombang berdiri pada seutas tali yang regang dengan
membiarkan suatu gelombang berjalan terpantulkan dari ujung jauh tali tersebut.
Gelombang orisinal dan gelombang yang dipantulkan kemudian dapat dideskripsikan
masing-masing oleh persamaan
dan
dan gelombang-gelombang itu dapat bergabung
membentuk pola gelombang-gelombang berdiri.


Didalam
rumus
, kita menggunakan
suatu pulsa tunggal untuk menunjukkan bagaimana pemantulan-pemantulan
(refleksi) semacam itu terjadi. Didalam gambar, tali terjepitpada ujung
kirinya. Ketika pulsa tiba diujung itu, tali mendesakkan gaya keatas pada
tumpuan (dinding). Menurut Hukum Ketiga Newton, tumpuan mendesakkan gaya yang
sama namun berlawanan pada tali. Gaya reaksi ini membangkitkan suatu pulsa pada
tumpuan, yang merambat kembali di sepanjang tali dalam arah yang berlawanan dengan arah
rambatan pulsa orisinal. Dalam suatu pemantulan “keras” semacam ini, harus
terdapat sebuah node pada tumpuan karena tali terjepit ditempat itu. Pulsa
pantulan dan pulsa orisinal harus mempunyai tanda yang berlaina, agar kedua
pulsa saling menghapuskan dititik itu.

Di
dalam gambar, ujung kiri tali diikatkan pada sebuah cincin ringan yang bebas
meluncur tanpa gesekan disepanjang suatu batang. Ketika pulsa orisinal datang,
cincin bergerak menaiki batang. Ketika cincin bergerak, cincin memberikan gaya
tarik pada tali, sehingga meregangkan tali dan menimbulkan suatu pulsa pantulan
dengan tanda dan amplitude yang sama seperti pulsa orisinal. Jadi, dalam
pemantulan “lunak” semacam itu, pulsa orisinal dan pulsa pantulan saling
menguatkan satu sama lain dengan menimbulkan sebuah antinode pada ujung tali;
perpindahan maksimum cincin sama dengan dua kali amplitude dari setiap pulsa
ini.
Situasi yang berlawanan dari sebuah ujung yang dipegang
stasioner adalah sebuah ujung bebas, yakni ujung yang secara sempurna bebas
untuk bergerak dalm arah yang tegak lurus terhadap panjang dawai itu. Misalkan,
dawai itu diikatkan kesebuah cincin ringan yang meluncur pada batang tanpa
gesekan yang tegak lurus terhadap tali itu. Cincin dan batang itu
mempertahankan tegangan tetapi tidak mengerahkan gaya transversal. Bila
gelombang tiba di ujung bebas ini, maka cincin itu akan meluncur sepanjang
batang tersebut. Cincin itu mencapai pergeseran maksimum, dan kedua cincin
serta dawai keduanya untuk sementara diam.tetapi dawai itu sekarang teregang,
yang memberikan tambahan tegangan, sehingga ujung bebas dawai itu ditarik
kembali ke bawah, dan sekali lagi sebuah pulsa yang direfleksikan akan
dihasilkan. Seperti untuk ujung tetap, pulsa yang direfleksikan itu bergerak
dalam arah yang berlawanan dari pulsa yang semula. Syarat-syarat di ujung
dawai, seperti sebuah penopang tegar atau sepenuhnya tanpa kehadiran gaya
transfersal, dinamakan syarat batas(boundary
condition).
Ketika
sebuah gelombang menabrak sebuah penghalang, atau sampai di ujung medium yang
dirambatinya, paling tidak sebagaian dari gelombang tersebut terpantul. Sebuah
gelombang yang merambati pada tali dipantulkan. Kita dapat meneliti hal ini
sendiri (cobalah dengan tali yang terletak diatas meja) dan lihat bahwa pulsa
terpantul kembali dengan terbalik , jika ujung tali tetap dan kembali dengan
sisi kanan ke atas jika ujung tali bebas jika ujung tali di ikat pada suatu
penopang, pulsa yang mencapai ujung tetap tersebut memberikan gaya (ke atas)
pada penopang, penopang memberikan gaya yang sama tetapi berlawanan arah (hukum
Newton ketiga) kebawah pada tali. Gaya ke bawah pada tali inilah yang
“membangkitkan” pulsa pantulan yang terbalik. ujung yang bebas tidak ditahan
oleh sebuah penopang maupun tali tambahan. Dengan demikian gelombang cenderung
melampaui batas simpangannya untuk sesaat lebih besar dari pulsa yang sedang
merambat. Ujung yang melampaui batas memberikan tarikan ke atas pada tali, dan
inilah yang membangkitkan pulsa pantulan, yang tidak terbalik. Ketika pulsa
gelombang pada tali mencapai dinding, tidak semua energi di pantulkan. Sebagian
energi tersebut diserap oleh dinding.
Sebagian
dari energi yang diserap diubah menjadi energi panas, dan sebagian terus
merambat melalupi materi dinding. Hal ini digambarkan dengan lebih jelas dengan
membayangkan sebuah pulsa yang merambat pada tali yang terdiri dari bagian yang
ringan dan bagian yang berat. Ketika gelombang mencapai batas antara kedua
bagian, sebagian pulsa dipantulkan dan sebagian diteruskan sebagaimana pada
gambar. Makin berat bagian kedua, maka sedikit gelombang yang diteruskan,dan
ketika bagian kedua merupakan dinding atau penopang yang tegar, sangat sedikit
yang dteruskan.
Untuk gelombang dua atau tiga dimensi, seperti gelombang
air, kita berhubungan dengan muka gelombang, yang dimaksudkan sebagai satu
lebar penuh puncak gelombang (yang biasanya kita sebut sebagai ”gelombang” saja
ketika berada di pantai. Garis yang ditarik dengan arah gerak,
tegak lurus terhadap muka gelombang, disebut sinar. Muka gelombang yang jauh
dari sumber telah kehilangan hampir semua lengkungan mereka dan hampir lurus,
sebagaimana gelombang laut, gelombang yang hampir lurus ini disebut gelombang
bidang. Untuk pantulan gelombang bidang dua atau tiga dimensi, sudut yang
dibuat gelomabang datang terhadap permukaan pantulan sama dengan sudut yang
dibuat oleh gelombang pantulan. Ini merupakan hukum pantulan : sudut pantulan
sama dengan sudut dating. “Sudut datang” didefinisikan sebagai sudut yang
dibuat sinar datang terhadap garis yang tegak lurus terhadap permukaan pantulan
(atau yang dibuat muka gelombang dengan tpangen permukaan), dan “sudut
pantulan” adalah sudut yang sama tetapi untuk gelombang pantulan.
B. PRINSIP SUPERPOSISI
Penggabungan pergeseran-pergeseran
dari pulsa-pulsa yang terpisah di setiap titik untuk mendapat pergeseran yang
sesungguhnya adalah sebuah contoh dari prinsip superposisi. Bila dua gelombang
bertumpang tindih, maka pergeseran sesungguhnya dari sebarang titik pada dawai
itu pada sebarang waktu didapatkan dengan menambahkan pergeseran yang akan
dipunyai oleh titik itu seandainya hanya gelombang pertama yang hadir dan
pergeseran yang akan dipunyai oleh titik itu jika seandainya hanya gelombang
kedua yang hadir. Dengan kata lain fungsi gelombang y(x,t) yang melukiskan
gerak yang dihasilkan dalam situasi ini didapatkan dengan menambahkan kedua
fungsi gelombang untuk kedua gelombang yang terpisah tersebut. Karena prinsip
ini bergantung pada linearitas persamaan gelombang dan sifat penggabungan
linear dari pemecahan-pemecahannya yang bersesuaian, maka prinsip ini dinamakan
juga prinsip superposisi linear. Untuk beberapa system fisika, seperti sebuah
medium yang tidak memenuhi hokum Hooke, persamaan gelombang itu tidak linear,
prinsip ini tidak berlaku untuk system seperti itu.
Prinsip
Superposisi menunjukkan pulsa gelombang yang bergerak dengan arah-arah yang
saling berlawanan dengan tali. Bentuk tali bila kedua pulsa bertemu dapat
diperoleh dengan menjumlahkan simpangan yang dihasilkan oleh masing-masing
pulsa secara terpisah seperti ditunjukkan dalam gambar. Sifat gerakan gelombang
bahwa gelombang resultan merupakan penjumlahan dua atau lebih
gelombang-gelombang individual. Secara matematis, jika
adalah fungsi gelombang untuk pulsa yang
bergerak ke kanan dan
adalah fungsi gelombang untuk pulsa kesebelah
kiri. Fungsi gelombang total ketika ada dua pulsa pada tali hanya merupakan
penjumlahan aljabar fungsi-fungsi gelombang individual :



Prinsip
superposisi hanya berlaku untuk pulsa-pulsa gelombang kecil yang tinggi
pulsanya lebih kecil dibandingkan panjangnya. Prinsip superposisi merupakan
akibat kenyataan bahwa persamaan gelombang bersifat linear untuk simpangan
transversal kecil.
Dalam
kasus khusus dengan dua pulsa yang identik tetapi yang satu merupakan kebalikan
yang lainnya, aka nada satu waktu ketika pulsa tepat saling bertumpah tindih
dan jumlahnya menjadi nol. Pada waktu itu tali berbentuk horizontal. Namun
tidak dalam keadaan diam. Sebentar kemudian pulsa timbul kembali. Masing-masing
terus bergerak dalam arahnya semula. Superposisi merupakan sifat karakteristik
gerak gelombang. Tidak ada situasi yang analog dalam gerak partikel; artinya,
dua partikel tidak pernah saling tumpang tindih atau keduanya dijumlahkan dengn
cara seperti ini. Superposisi merupakan keunikan gerak gelombang.
Prinsip superposisi sangat penting
dalam semua jenis gelombang. Bila seorang teman berbicara kepada kita sewaktu
kita sedang mendengarkan musik,maka kita dapat membedakan antara bunyi pembicaraan
dan music. Ini persis karena gelombang bunyi total yang mencapai telinga kita
adalah jumlah aljabar dari gelombang yang dihasilkan oleh suara teman kita dan
gelombang yang dihasilkan oleh pengeras suara stereo kita. Jika dua gelombang
bunyi tidak bergabung dengan cara linear, suara yang akan kita dengar dalam
situasi ini akan merupakan sebuah kumpulan campur aduk yang kacau balau.
Superposisi berlaku juga untuk gelombang elektromagnetik seperti cahaya dan
banyak jenis gelombang yang lain.
C. GELOMBANG BERDIRI PADA DAWAI
Apa
yang akan terjadi apabila gelombang sinusoidal direfleksikan oleh ujung tetap
dawai. Dengan meninjau superposisi dari dua gelombang yang merambat melalui
dawai, satu gelombang yang menyatakan gelombang yang asli atau gelombang yang
masuk dan gelombang yang satu lagi menyatakan gelombang yang direfleksikan di
ujung tetap itu. Istilah umum interferensi digunakan untuk menjelaskan hasil
dari dua atau lebih gelombang yang lewat melalui daerah yang sama pada waktu
yang sama.
Gambar
mengemukakan situasi itu secara grafis. Gambar tersebut mrnunjukkan dua
gelombang yang bergabung, yang satu merambat ke kiri di dalam gambar ya lain ke
kanan gambar. Gambarf c menunjukkan jumlah kedua gelombang yang diperoleh
dengan menerapkan asas superposisi secara grafis. Ciri yang menonjol pada
gelombang resultan yang dihasilkan adalah bahwa terdpat tempat-tempat di
sepanjang tali, yang dinamakan node, dimana tali tetap dalam keadaan dian,
empat node semacam itu ditandai dengan noktah-noktah di dalam gambar.
Tengah-tengah anatar node-node yang bersebelahan adalah antinode di mana
amplitude gelombang resultan merupakan amplitude maksimum. Pola-pola gelombang
dinamkan gelombang berdiri karena pola-pola gelombang tersebut tidak bergerak
ke kiri atau kekanan: lokasi-lokasi maksima dan minima nya tidak berubah.
PIPA ORGANA DAN INSTRUMEN TIUP
Pemakaian
yang paling penting dari gelombang berdiri longitudinal adalah untuk
menghasilkan nada-nada music oleh instrumen tiup. Pipa organ adalah salah satu
contoh yang paling sederhana. Udara dimasukkan oleh sebuah peniup, pada suatu
tekanan tertentu atau tekanan terukur yang khas nya berorde sebesar 103 Pa (10-2 atm), ke
ujung bawah pipa itu (gambar 20-14). Sebuah aliran udara muncul keluar dari
bukan sempit di pinggir permukaan horizontal itu dan diarahkan menuju pinggir
atas bukan, yang dinamakan mulut pipa tersebut. Kolom udara dalam pipa dibuat
bergetar, dan ada sederet mode normal yang mungkin, persis seperti dawai yang
teregang. Mulut selalu bertindak sebagai ujung terbuka, jadi mulut adalah titik
simpul tekanan dan titik perut pergeseran. Ujung lain pipa itu dapat terbuka
maupun tertutup. Kedua ujung pipa terbuka, sehingga kedua ujung adalah titik
simpul tekanan dan titik perut pergeseran. Pipa organ yang terbuka di kedua
ujungnya dinamakan pipa terbuka. Jika
sebuah pipa yang terbuka diujung kiri tetapi tertutup di ujung kanan ini
dinamakan pipa tertutup. Ujung (terbuka) sebelah kiri adalah sebuah titik perut
pergeseran (titik simpul tekanan), tetapi ujung (tertutup) sebelah kanan adalah
sebuah titik simpul pergeseran (titik perut tekanan). Jarak antara sebuah titik
simpul dan titik perut yang didekatnya selalu sama dengan seperempat panjang
gelombang.
D. MODE NORMAL DAWAI
Kita telah melukiskan gelombang berdiri pada
dawai yang dipegang erat di satu ujung. Kita tidak membuat anggapan mengenai
panjang dawai itu atau mengenai apa yang terjadi di ujung yang lainnya. Jika
kita meninjau dawai yang panjangnya tertentu L yang dipegang erat di kedua
ujungnya. Dawai seperti itu terdapat dalam banyakinstrumen musik termasuk
piano, biola dan gitar. Bila dawai gitar dipetik, dihasilkan gelombang dalam
dawai itu. Gelombang ini direfleksikan dan direfleksikan kembali dari
ujung-ujung dawai itu, yang membuat gelombang berdiri. Gelombang berdiri pada
dawai itu selanjutnya menghasilkan gelombang bunyi dalam udara, dengan
frekuensi yang ditentukan oleh sifat-sifat dawai itu. Inilah yang membuat
instrumen berdawai itu sangat berguna dalam membuat musik. Gelombang berdiri
yang dihasilkan harus mempunyai titik simpul di kedua ujung dawai itu.
Titik-titik simpul berdekatan terpisah setengah panjang gelombang (λ/2),
sehingga panjang dawai harus merupakan λ/2, atau 2(λ/2), atau 3(λ/2), dan
umumnya beberapa bilangan bulat dari setengah panjang gelombang.
L=
(n= 1,2,3,...) ( dawai dipegang tetap di
kedua ujungnya)

Yakni, jika dawai dengan panjang L dipegang tetap di
kedua ujungnya, sebuah gelombang berdiri dapat terbentuk hanya jika panjang
gelombangnya memenuhi persamaan diatas.
Dengan
menyelesaikan persamaan ini untuk λ dan dengan menandai nilai-nilai λ yang mungkin
sebagai λn , kita mendapat
λn=
( n= 1,2,3,...)
(dawai dipegang tetap di kedua ujungnya)

Gelombang dapat muncul (berada) pada dawai itu jika
panjang gelombang iitu tidak sama dengan salah satu nilai ini, tetapi tidak
mungkin ada pola gelombang tunak dengan titik simpul dan titik perut, dan
gelombang total itu tidak mungkin merupakan gelombang berdiri.
Bersesuaian dengan deretan panjang gelombang λn
dari gelombang berdiri itu ada sederet frekuensi gelombang berdiri fn , yang masing-masing
dihubungkan dengan panjang gelombang yang bersesuaian oleh fn=v/λn. Frekuensi terkecil f1 bersesuaian dengan panjang
gelombang terbesar (kasus n=1), λ1=2L.
f1=
(dawai dipegang tetap di kedua
ujungnya)

Ini dinamakan frekuensi dasar.Frekuensi gelombang berdiri
lainnya adalah f2=2v/2L, f3=3v/2L dan seterusnya.
Frekuensi-frekuensi ini dinamakan harmonik, dan deret itu
dinamakan deret harmonik. Para musisi kadang-kadang menamakan f2, f3 ,
dan seterusnya sebagai nada dasar. f2
adalah nada dasar kedua atau nada atas pertama, f3
adalah harmonik
ketiga atau nada atas kedua, dan seterusnya. Harmonik pertama sama seperti
dasar.
Mode
normal sebuah sistem yang berosilasi adalah suatu gerak dimana semua partikel
sistem itu bergerak secara sinusoidal dengan frekuensi yang sama. Untuk sistem
yang terbuat dari dawai yang panjangnya L dan dipegang tetap di kedua ujungnya,
setiap panjang gelombang yang diberikan oleh persamaan
λn=
( n= 1,2,3,...)
(dawai dipegang tetap di kedua ujungnya)

bersesuaian dengan sebuah pola mode normal yang mungkin
dan frekuensi yang mungkin. Ada tak hingga banyaknya mode normal, masing-masing
dengan frekuensi dan pola getarannya yang khas. Persamaan dari hubungan
frekuensi dasar dari dawai yang bergetar dengan laju dari gelombang pada dawai
, yaitu
f1=
(dawai
dipegang tetap di kedua ujungnya)


ini juga merupakan
frekuensi dasar dari gelombang bunyi yang diciptakan di udara sekitarnya oleh
dawai yang bergetar.

E. GELOMBANG BERDIRI LONGITUDINAL DAN MODE NORMAL
Bila gelombang longitudinal merambat dalam suatu fluida
di dalam pipa dengan panjang yang berhingga, gelombang itu direfleksikan di
ujung-ujung pipa dengan cara yang sama seperti gelombang transversal pada dawai
direfleksikan di ujung-ujung dawai itu. Superposisi gelombang-gelombang yang
berjalan dalam arah arah yang berlawanan sekali lagi membentuk sebuah gelombang
berdiri. Seperti halnya gelombang berdiri transversal pada dawai, gelombang
berdiri longitudinal (mode normal) dalm pipa dapat digunakan untuk menciptakan
gelombang bunyi dalam udara sekelilingnya. Inilah prinsip beroprasinya suara
manusia seperti juga banyak instrumen musik, termasuk alat musik tiup dan organ
pipa.

F. INTERFERENSI GELOMBANG
Gelombang
resultan bergantung pada tingkat kesamaan fase (langkah) gelombang-gelombang
itu satu terhadap yang lain, artinya, berapa jauh bentuk satu gelombang
bergeser dari bentuk gelombang lainnya. Jika gelombang-gelombang itu mempunyai
fase yang persis sama (sehingga puncak-pundak dan lembanh-lembanh gelombang
yang satu persis berimpit dengan puncak-puncak dan lembah-lembah gelombang yang
lain), gelombang-gelombang tersebut secara bersama-sama menghasilkan
perpindahan dua kali lipat perpindahan yang dihasilkan masing-masing jika
beraksi sendiri-sendiri. Jika gelombang-gelombang tersebut berada dalam fase
yang sama sekali berbeda (puncak-puncak gelombang satu persis berimpit dengan
lembah-lembah gelombang yang lain tanpa pergeseran sedikit pun),
gelombang-gelombang tersebut saling menghapuskan disegala tempat dan tali tetap
lurus. Fenomena penggabungan ini dinamakan interferensi (gangguan), dan
gelombang-gelombang tersebut dikatakan berinterferensi.

Perhatikan
sebagai contoh, dua pulsa gelombang pada tali yang merambat saling mendekat pertama,
kedua pulsa mempunyai amplitudo yang sama, tetapi satu merupakan puncak dan
yang lain merupakan lembah, keduanya merupakan puncak. Pada kedua kasus, kedua
gelombang bertemu dan saling melewati. Bagaimanapun, ditempat mereka bersatu,
simpangan resultan merupakan jumlah aljabar dari simpangan mereka secara
terpisah (puncak dianggap positif dan lembah negatif). Hal ini disebut dengan prinsip
superposisi. Jika kedua gelombang berlawanan ketika saling melewati dan
hasilnya disebut interferensi destruktif. Jika simpangan resultan lebih
besar daripada pulsa masing-masing dan hasilnya disebut interferensi
konstruktif.
Simpangan
kedua gelombang sebagai fungsi waktu, disamping jumlah mereka, untuk kasus
interferensi konstruksi. Untuk itu digunakan fase untuk
mendeskripsikan posisi relatif dari
puncak mereka. Ketika puncak dan lembah bersamaan untuk kedua gelombang untuk
interferensi konstruktif, kedua gelombang berfase sama. Pada
titik-titik dimana interferensi destruktif
terjadi pada puncak satu gelombang berulang-ulang bertemu dengan lembah
gelombang yang lainnya, dan kedua gelombang dikatakan benar-benar berbeda
fase atau lebih tepat lagi berbeda fase sebesar setengah panjang gelombang
(yaitu, puncak satu gelombang terjadi setengah panjang gelombang dibelakang
puncak gelombang yang lain).
G. RESONANSI
Ujung
kiri seutas tali yang regang dibuat berosilasi secara sinusoidal dengan ujung
lainnya terjepit, maka osilasinya akan mengantarkan suatu gelombang berjalan
kontinu ke arah kanan di sepanjang tali. frekuensi gelombang sama dengan
frekuensi osilasi. Gelombang memantul pada ujung terjepit dan merambat kembali
ke kiri melalui dirinya sendiri. Gelombang yang bergerak ke kanan dan gelombang
yang bergerak ke kiri kemudian saling berinterferensi satu sama lain. Untuk
frekuensi-frekuensi tertentu, interferensi menghasilkan suatu pola gelombang
berdiri (atau mode osilasi) dengan node-node dan antinode-antinode besar
seperti yang didalam gambar. Geelombang berdiri semacam itu dikatakan timbul
pada resonansi dan tali tersebut dikatakan beresonansi pada frekuensi-frekuensi
resonan. Jika tali dibuat berosilasi pada frekuensi tertentu yang bukan
frekuensi resonan, gelombang tetap tidak akan terjadi.maka interferensi dari
gelombang ke kanan dan gelombang ke kiri hanya mengahsilkan osilasi-osilasi
kecil.
Untuk
seutavs tali yang regang sepanjang L dengan ujung-ujung terjepit,
frekuensi-frekuensi resonannya adalah
, untuk n = 1,2,3

Mode
osilasi yang bertepatan dengan n=1 dinamakan mode dasar atau harmonic pertama;
mode yang bertepatan dengan n=2 dinamakan harmonic kedua; dan seterusnya
Gelombang
berdiri dapat terjadi pada lebih dari satu frekuensi. Frekuensi getaran paling
rendah yang menghasilkan gelombang berdiri menghasilkan pola. Gelombang berdiri
yang dihasilkan tepat pada dua dan tiga kali frekuensi terendah dengan
menganggap tegangan tali sama. Tali juga dapat bergetar dengan empat loop pada
empat kali frekuensi terendah, dan seterusnya. Frekuensi dimana gelombang
berdiri dihasilkan adalah frekuensi alami dan frekuensi resonan tali, dan pola
gelombang berdiri yang berbeda, merupakan “mode resonan getaran” yang berbeda.
Karena walaupun gelombang berdiri merupakan hasil interferensi dua gelombang
yang merambat ke arah yang berlawanan, ia juga meruakan contoh benda yang
bergetar pada resonasi. Pada saat gelombang berdiri terjadi pada tali, maka
tali itu akan bergetar pada tempatnya, dan pada saat frekuensi nya sama dengan
frekuensi resonasi maka hanya diperlukan sedikit usaha untuk menghasilkan
amplitude besar. Gelombang berdiri mempresentasikan fenomena yang sama dengan
resonasi pegas dan pendulum yang bergetar. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa
pegas atu pendulum hanya memiliki satu frekuensi resonan, sementara tali
memiliki sejumlah besar frekuensi resonan, masing-masing merupakan kelipatan
bilangan bulat dari frekuensi resonan terendah.
Untuk
menentukan frekuensi resonan, pertama kita perhatikan bahwa panjang gelombang
berdiri frekuensi dasar, berhubungan dengan satu perut (atau loop). Panjang
seluruhnya berhubungan dengan setengah panjang gelombang. Dengan demikian L= ½
λ1, dimana λ1 merupakan panjang gelombang dasar.
Frekuensi alami lainnya disebut nada atas, yaitu ketika frekuensinya
merupakan bilangan bulat dari dasar (sebagaimana untuk tali sederhana),
frekuensi ini juga disebut harmoni., dengan frekuensi dasar disebut
sebagai harmoni pertama. Mode berikutnya setelah dasar memiliki dua loop dan
disebut harmoni kedua (atau nada atas pertama), panjang tali L berhubungan
dengan satu panjang gelombang lengkap : L= λ2. Untuk harmoni ketiga
dan keempat, L= 3/2 λ3 dan L=2 λ\4, berturut-turut dan
seterusnya.
Posting Komentar